Sedangkan masyarakat yang sudah menerapkan jaringan pembuangan langsung ke tempat pengolahan limbah di kawasan Cemara Medan, hanya berjumlah 75.600 kepala keluarga. Atau hanya 3 persen dari jumlah KK di Medan. “Jadi masih tiga persen menggunakan sambungan langsung pembuangan. Sisanya masih pakai alat sedot dari septitank. Masih banyak juga belum memiliki sama sekali,” tegas Kepala Bappeda Kota Medan, Syaiful Bahri, Selasa (25/5), usai menghadiri rapat Rencana Tindak Percepatan Target MDGs.
Syaiful menambahkan, di 2011 Pemko Medan fokus mengatasi persoalan ini dengan jumlah sasaran masyarakat berpenghasilan rendah. Sementara mereka yang tinggal di komplek pertokoan tengah kota diimbau untuk membuatnya. Sebab, sebagian warga yang tinggal di kawasan inti kota belum memiliki septitank. Ha ini dilakukan agar tidak ada lagi kotoran dibuang ke sungai maupun saluran air. “Jangan lagi air tercemar. Sebab, banyak orang memanfaatkan air untuk kegiatan masak, minum dan mandi,” tambahnya.
Dia menjelaskan, selama ini Pemko Medan mengatasi masalah ini dengan membuat MCK plus dan jaringan air bersih. Namun, hanya beberapa unit dan dibangun di beberapa kawasan seperti, Medan Deli, Medan Belawan, Yong Panah Hijau Marelan dan lainnya. Dan itu belum banyak membantu. Pada tahun 2015 masalah ini harus dikelarkan. “Kami akan bangun MCK dan jaringan pembuangan limbahnya. Diharapkan tahun 2015 persoalan ini tuntas karena ada intruksi dari pusat,” katanya.
Tidak hanya masalah sanitasi saja, Pemko Medan juga fokus penambahan pemasangan jaringan air bersih. Namun, ada perubahan dalam pemasangan jaringan. Awalnya, Pemko Medan berencana membuat mesin penyedot air berkapasitas 200 liter per detik. Tapi, anggaran yang dibutuhkan cukup besar.
Untuk mensiasatinya, hal itu dibuat bertahap dengan kapasitas 50 liter per detik. Dan air yang diambil dari Sungai Belawan yang berada di Medan Marelan. Dari situ diarahkan ke Martubung dan sekitarnya. Sungai Deli tidak boleh digunakan karena takut meluap akibat dibendung dan bisa menyebabkan banjir. “Jadinya, 50 liter per detik. Sebagian dimulai sama seperti sanitasi 2011 sampai 2015. Sungai Belawan yang disedot karena Sungai Deli dilarang, takut banjir,” pungkas Syaiful.
Sementara itu, Direktur Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Budiono mengatakan, kunjungannya ke Medan untuk melihat sejauh mana percepatan perbaikan sanitasi dan air bersih pasca pertemuan besar di Tampak Siring beberapa waktu lalu. “Kami hanya melihat apa yang sudah dikerjakan. Prisipnya kami mendukung dan siap mengucurkan anggaran. Medan perlu dimaksimalkan lagi dan 2015 semua harus tuntas,” tandasnya.
gimana ya kalo di buat sepptitank massal aja !
BalasHapus